Jakarta // Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI R. Agung Sasongkojati mengungkapkan kecanggihan pesawat tempur Rafale, yang sangat sulit ditandingi untuk pertempuran di udara.
Hal tersebut disampaikan Kadispenau kepada sejumlah awak media, pada acara Misi Pegase 2023 Angkatan Udara Prancis, bertempat di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (26 Juli 2023).
Agung Sasongkojati menyampaikan kecanggihan dan performa pesawat tempur Rafale yang tidak kalah dengan pesawat tempur negara-negara di dunia. Dikatakannya lagi, bahwa pesawat tempur Rafale memiliki daya dorong yang sangat baik, bisa terbang jarak jauh dan mampu membawa berbagai rudal dan senjata canggih, yang semuanya dikendalikan dengan radar yang terbaru.
Sementara, Kepala Misi Pegase 2023 Letkol Henri mengatakan, Misi Pegase 2023 merupakan misi strategis pertahanan Prancis, sekaligus proyeksi kekuatan udara Prancis. Kedatangan tersebut ke Indonesia untuk memperdalam kerjasama dengan mitra TNI AU. Disebutkannya juga, bahwa Indonesia masuk sebagai tujuan strategis utama pada misi Pegase 2023.
Memasuki hari ke tiga Misi Pegase 2023 di Indonesia, pihak kedutaan besar Prancis mengundang awak media Indonesia untuk melihat secara langsung pesawat-pesawat Angkatan Udara Prancis (Rafale, A-400M dan A-330MRTT). Selain mendapat penjelasan tentang pelaksanaan Misi Pegase 2023, ratusan awak media Indonesia juga diajak naik pesawat tanker A-330 MRTT dan berinteraksi dengan para pilot pesawat Angkatan Udara Prancis.
Selama seminggu Misi Pegase 2023 di Indonesia, Angkatan Udara Prancis mendatangkan enam pesawat tempur Rafale, empat pesawat transport A-400 M dan tiga pesawat Tanker A-330 MRTT.
Negara Prancis dan Indonesia, telah menjalin kemitraan strategis sejak tahun 2011, yang diperkuat dengan penandatanganan kesepakatan kerja sama di bidang pertahanan pada tanggal 28 Juni 2021. Kedua negara mempunyai komitmen dan kepentingan yang sama, baik dalam hal tantangan keamanan kawasan, yaitu perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan, kepatuhan pada hukum internasional, maupun tantangan global, seperti penangkapan ikan ilegal dan perubahan iklim.(*/Red)