Salatiga, -- Berawal dari tayangan berita terkait solar subsidi yang telah terbit, diduga oknum Kodim Kota Salatiga merasa panas hati sehingga oknum inisial ZN melakukan penganiayaan terhadap wartawan bernama Guntur hingga dirawat inap di RSUD Salatiga hingga hari ini, Sabtu, 12 Oktober 2023.
Atas kejadian tersebut Wasito, pemilik media Berita Istana menjelaskan dalam pemberitaan awal dikatakan bahwa LL adalah pensiunan TNI, artinya ia sudah tidak bekerja di instansi tersebut, jelasnya.
Masih Warsito, saya mencoba mengecek dan memancing pendapat, apakah Guntur ikut menikmati (Oknum Pensiun Ngangsu Solar Subsidi Setiap Hari di SPBU di Kota Salatiga),” kata Warsito, Pimpinan Redaksi dan Direktur Utama PT. Berita Istana Negara, ungkapnya.
" Ternyata, komunikasi dengan LL membuahkan hasil. Guntur dicap sebagai pengungkap salah satu mafia solar. Akan tetapi, entah apa yang dikatakan pensiunan TNI tersebut ke Kodim Kota Salatiga, sehingga Pasi Intel mengutarakan bahwa Guntur tidak pernah mengkonfirmasi berita tersebut ke markas, kata Warsito.
Nah di sini mulai mis komunikasinya. Dimana, seharusnya Kodim Kota Salatiga menanyakan siapa pelaku mafia solar tersebut kepada Guntur, tetapi malah sebaliknya, korban diduga dianiaya oknum ZN ditemani Am beserta oknum LSM, beber Warsito.
Warsito menjelaskan yang di sayangkan, Oknum Pasi Intel Kodim Salatiga mengatakan berita harus dikonfirmasi/ diklarifikasi ke pihak mereka, dalam era super canggih ini, tanpa konfirmasi atau klarifikasi berita sudah bisa tayang. Jika pihak mereka keberatan, silahkan lakukan hal jawab atau koreksi, seperti Undang- undang Pers, UU No. 40 tahun 1999. Jangan mengedepankan emosi dalam menghadapi rakyat, pungkasnya.
Perlu di cermati, Ll pensiunan, tapi diduga malah mengatasnamakan kodim, harusnya menindak oknum tersebut, bukan lakukan dugaan penganiayaan terhadap wartawan. Atau jangan-jangan pelaku masih berguna, hingga manfaatkan nama kesatuan untuk memperkaya diri, demi meraut untung, cetusnya.
Lebih lanjut Warsito, Dalam pertemuan yang dilakukan dengan wartawan mitra Kodim Salatiga seperti yang diupload dalam kanal Youtube, pria berbaju putih dengan bangganya mengatakan nyawa wartawan adalah sertifikasi, disahkan, terangnya.
“Pada saat dia tidak punya, naikkan satu berita berarti ini suatu tindak pidana karena tidak disertai keabsahan. Berarti ini hoax,” ujarnya.
Warsito mengatakan dari hal tersebut dapat dimaknai bahwa karya Guntur sebagai berita diduga hoax. Berapa banyak karya jurnalistik dari Guntur, seperti masalah kasus, hingga popularitas TNI, Polri serta pemerintah yang sudah terbit dan jadikan informasi publik, yang mana narasumber nya dari penmas Polri dan Penerangan TNI termasuk tidak benar, ungkapnya.
Apa yang dituduhkan sangat keji dan membunuh karakter Guntur, jurnalis independen, yang tidak pernah ‘menyusu, ngemis, atau memalak’ instansi pemerintah, TNI/ Polri. Dan media independen seperti ini yang tidak bisa menutupi ‘kelakuan’ miring para pejabat, imbuhnya.
Dalam pertemuan itu juga, wartawati R mengatakan bahwa Guntur melakukan pemberitaan main- main dan untuk melakukan indikasi pemerasan karena ada kebutuhan untuk ‘nyabu’ (narkoba—red).
“Saya sudah pernah jalan dengan mereka. Kebutuhan kita hanya untuk makan, sedang kebutuhan mereka kan ada yang lain- lain (maksudnya nyabu- red),” kata Rosi.
Namun setelah dikonfirmasi, ia tidak pernah melihat, mendengar dan tidak punya bukti apapun jika Guntur pernah ‘nyabu’ (memakai narkoba- red).
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. (Tim)